Di saat gema takbir Idulfitri menggema di seluruh penjuru dunia, membawa kabar kemenangan dan harapan baru, Gaza justru kembali dihantam dentuman bom yang memekakkan langit. Di saat umat Muslim saling berpelukan merayakan hari yang suci, warga Palestina justru saling berpelukan dalam pelarian, dalam duka, dalam kepanikan yang tak berkesudahan.
Gencatan senjata yang seharusnya menjadi jeda untuk menyembuhkan luka, kembali dikhianati. Israel, sekali lagi, melanggar perjanjian yang mereka tandatangani sendiri. Dentuman demi dentuman menghantam pasar, rumah, dan masjid. Tubuh-tubuh manusia terpental ke udara, tak sempat menyelamatkan diri, bahkan tak sempat mengucap selamat tinggal. Hari kemenangan berubah menjadi parade kematian.
Apa makna gencatan, jika darah masih mengalir? Apa artinya perjanjian, jika hanya dijadikan alat untuk memperdaya dan memperparah luka? Dunia melihat, tapi banyak yang memilih diam. Kita masih punya pilihan: bersuara dan bersedekah. Mungkin tak mampu hentikan rudal, tapi cukup jadi selimut di malam yang dingin, jadi harapan di tengah duka.
Palestina tak butuh kita jadi pahlawan, mereka hanya butuh kita tetap manusia. Maka mari bersuara, mari bergerak, mari memberi. Karena ketika dunia diam, kita memilih hadir.
Bersama doa, bersama aksi nyata. Kirimkan sedekahmu hari ini, karena setiap rupiah adalah saksi bahwa kemanusiaan belum mati.
#SahabatKebaikan yuk salurkan sedekah terbaikmu sekarang dengan cara :