Di balik senyumnya yang ceria, tersembunyi luka yang mendalam. Diusia senjanya harus menghadapi kenyataan pahit: sakit, kesepian dan tekanan untuk membayar kontrakan setiap bulan. Dalam kondisi tubuh yang lemah, ia rela mengorbankan makan demi memenuhi kewajibannya. Bagaimana rasanya berjuang sendirian di usia senja?
Abah Ahmad Soleh (80) adalah seorang penjual gulali di Jawa Barat yang rela mengorbankan kebutuhan dirinya demi membayar kontrakan sebesar 500 ribu rupiah setiap bulan. Meskipun sedang sakit, ia tetap berjualan dengan menempuh jarak sekitar 9 km setiap hari menggunakan sepeda dorong. Kakinya yang sakit membuatnya sulit mengayuh sepeda, namun ia tetap berusaha untuk memenuhi kewajibannya.
Gulali yang dijualnya adalah hasil produksi sendiri, dengan harapan mendapatkan rezeki melalui tulisan di papan sepedanya yang bertuliskan “Ya Allah Semoga Laris Amin.” Sayangnya, dagangannya tidak selalu laku, karena gulali yang dijualnya tidak tergolong jajanan kekinian yang sedang viral.
Setelah kehilangan istrinya beberapa tahun lalu, Abah Ahmad tinggal seorang diri di rumah kontrakan yang sangat sederhana. Ia sering harus beristirahat dari berjualan karena kelelahan dan kondisi kesehatannya, namun tetap memaksakan diri untuk bertahan agar tidak diusir dari tempat tinggalnya. Di sela-sela aktivitasnya, Abah juga menyempatkan diri membaca Al-Qur'an, berharap ada keberkahan dalam setiap dagangannya.
Abah pernah mengalami pingsan di jalan, dan untuk itu, ia menulis pesan di gerobaknya agar orang yang menemuinya dapat memberikan bantuan jika ia kelelahan. Besar harapannya agar bisa memiliki warung kecil yang dapat memberi penghasilan cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya berobat, sehingga ia bisa terus sehat dan tidak perlu berkeliling lagi.
Mari kita dukung Abah Ahmad dengan cara: