Setiap hari, anak-anak penderita penyakit kronis merasakan rasa sakit yang tak tertahankan, khususnya mereka yang terpaksa berhenti berobat karena tak memiliki biaya. Seperti kisah memilukan dari Sitta dan Muhammad Qowiyyul Matin, dua anak yang harus menghadapi penderitaan mendalam sejak usia dini.
Kisah tragis Dini, gadis 11 tahun yang menderita penyakit langka haemangioma sejak bayi, menjalani hidup penuh perjuangan di balik masker agar terhindar dari ejekan dan pandangan negatif orang lain. Meski sering dihindari dan dibuli, ia tetap gigih bercita-cita menjadi dokter agar bisa menolong orang lain yang menderita sepertinya.
Namun, mimpinya terancam oleh kebutuhan operasi mendesak untuk mencegah kondisi ini semakin parah. Dengan penghasilan terbatas orangtuanya, mereka membutuhkan Rp 40 juta untuk pengobatan dan Rp 10 juta untuk modal usaha selama perawatan. Mari bantu Dini mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Kisah lain yang tak kalah menyayat hati adalah Matin, bayi mungil yang lahir prematur pada 20 Juli 2024 dengan berat hanya 1,8 kg. Baru beberapa saat setelah lahir, tubuhnya membiru dan ia didiagnosis menderita kebocoran jantung, benjolan di hati, serta jaundice. Matin harus segera dirawat intensif di NICU, terpisah dari ibunya, Siti Holipah, yang hanya bisa menangis menyaksikan bayinya terbaring lemah, dikelilingi alat bantu medis.
Ayahnya, Pak Eso, seorang penjual batagor keliling dengan penghasilan hanya 1 juta rupiah per bulan, harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan medis anaknya yang tak sepenuhnya ditanggung oleh BPJS. Selain biaya kesehatan yang tak tercover, mereka juga dihadapkan pada biaya susu formula khusus dan peralatan medis yang sangat mahal. Tabungan mereka telah habis, domba terakhir yang dimiliki pun terpaksa dijual, dan utang semakin bertambah.
Rencana untuk melakukan check-up sederhana di Ciamis terpaksa dibatalkan, karena keterbatasan alat memaksa mereka harus dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung. Biaya transportasi, tempat tinggal, dan pengobatan yang tak ditanggung BPJS semakin menjadi beban berat bagi keluarga ini. Meski dalam situasi yang sangat sulit, Pak Eso terus berjuang, bekerja tanpa lelah demi kesembuhan buah hatinya.
Kisah Dini dan Matin hanyalah dua dari sekian banyak cerita pilu anak-anak penderita penyakit kronis yang sedang berjuang untuk bertahan hidup.
#SahabatKebaikan kami mengajak Anda semua untuk berpartisipasi membantu mereka. Tak ada harapan yang lebih indah bagi mereka selain sembuh dan bisa kembali menjalani hidup seperti anak-anak lainnya.
Mari, sisihkan sedikit rezeki kita untuk membantu Sitta, Matin, dan ratusan anak lainnya dalam perjuangan mereka melawan penyakit kronis. Wujudkan harapan mereka untuk sembuh dan mendapatkan perawatan yang layak dengan cara :