Sembilan bulan penuh harapan, keluarga kecil ini tak sabar menyambut kelahiran putra pertama mereka. Muhammad Anas Naruloh, atau yang akrab disapa Dek Anas, lahir pada 15 Juli 2024 dengan tangis pertama yang membawa kebahagiaan. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Tiga hari berlalu, tubuh mungil Anas belum menunjukkan tanda-tanda buang air besar. Hati sang ibu mulai gelisah, sementara sang ayah, dengan segala keterbatasannya, membawa Anas ke klinik terdekat.
Di klinik kecil di pelosok desa itu, dokter mencurigai Anas mengalami kelainan pada saluran pencernaannya. Namun, karena keterbatasan alat medis, Anas harus dirujuk ke RSUD Prof. Margono Soekarto, jauh di Pulau Jawa. Orangtua Anas berusaha sekuat tenaga, meski perjalanan ini tertunda selama tujuh hari karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit. Ayah Anas, seorang buruh pabrik roti dengan penghasilan pas-pasan, hanya bisa mengumpulkan sedikit demi sedikit untuk biaya perjalanan.
Sesampainya di rumah sakit, vonis berat itu akhirnya jatuh. Dek Anas didiagnosis menderita Hirschsprung disease TIAGA Spontan, sebuah kondisi langka di mana usus besar tidak berfungsi dengan baik. Anas harus menjalani operasi kolostomi—pembuangan melalui usus di perut—dan kontrol rutin dua kali sebulan selama dua tahun ke depan. Seiring waktu, perjuangan Anas semakin berat. Baru tiga bulan usianya, namun sembilan hari lalu, hasil operasi sebelumnya mengalami kebocoran. Ia kembali harus menjalani operasi darurat untuk mencegah infeksi serius yang mengancam nyawanya.
Sebagai ibu, melihat bayi kecilnya terus berjuang melawan sakit adalah ujian terberat. Sang ibu hanya bisa menatap wajah Anas yang lemah sambil memanjatkan doa. Anakku, kuatlah... Ibu dan ayah akan selalu ada untukmu. Ujar Sang Ibu
Namun, kenyataan berkata lain. Kebutuhan biaya pengobatan yang besar membuat keluarga ini kian terpuruk. Ayah Anas, yang sebelumnya bekerja di pabrik roti, harus rela kehilangan pekerjaan karena sering mengambil cuti untuk menemani Anas kontrol. Kini, ia bekerja serabutan sebagai ojek di kampung dengan penghasilan yang jauh dari cukup.
Mereka pernah mencoba tinggal di rumah singgah dekat rumah sakit, tetapi biaya 300 ribu per malam terlalu berat untuk ditanggung. Akhirnya, setiap kali kontrol, keluarga ini harus berangkat dari kampung pukul dua dini hari dengan segala keterbatasan.
Dek Anas hanya bayi kecil yang baru saja memulai hidupnya, namun ia sudah menghadapi perjuangan luar biasa melawan penyakitnya. Di usianya yang baru tiga bulan, Anas membutuhkan bantuan kita untuk tetap bertahan.
#SahabatKebaikan, mari bantu Dek Anas mendapatkan pengobatan yang layak. Dukungan mu adalah harapan bagi keluarga kecil ini untuk melihat Anas tumbuh sehat dan bahagia. Mari berikan bantuan terbaikmu dengan cara :