Berbuat Baik memang tidak ada batasannya, baik Batasan kemampuan ataupun kondisi. Hal ini yang dirasakan oleh Teh Rosy, Pengidap Kanker yang mendedikasikan dirinya untuk berbuat baik dan membantu sesama meski ditengah-tengah kondisi yang memprihatinkan dan kondisi kesulitan. Ia merupakan aktivis literasi yang sudah mengidap kanker darah leukemia sejak 14 tahun yang lalu.
Jatuh bangunnya ia menghadapi penyakit belasan tahun, ia warnai dengan berbagai prestasi dan penghargaan yang ditorehkan dari mulai penghargaan tingkat daerah, provinsi hingga tingkat nasional ia terimaa sebagai aktivis literasi. Meski pasca divonis oleh dokter bahwa umurnya tinggal beberapa bulan lagi, namun berkat semangat berjuang dan membantu sesama, ia masih bisa bertahan sampai saat ini.
Berawal dari tahun tahun 2008 ia sering mengalami pingsan dan mimisan dengan frekuensi yang cukup sering dan banyak. hasil pemeriksaan ia divonis kanker darah leukemia namun belum diketahui stadiumnya. Seiring berjalannya waktu ia menjalani berbagai pengobatan medis hingga kemoterapi. Namun efek dari proses pengobatan tersebut menjadikan tubuhnya semakin kecil dan rambutnya rontok. Ia sempat tidak mau melakukan kemoterapi sehingga dirinya sempat mengalami kebutaan, tidak bisa berjalan, tidak bisa berbicara dan divonis kanker stadium 4.
Akibat penyakit ini, ia pun harus menjalani operasi mata dua kali, operasi tulang sumsum dan operasi pengangkatan Rahim juga ginjal yang sebelah kiri. Dalam menajalani serangkaian pengobatan tersebut, ia sudah menghabiskan banyak biaya, hingga asset yang ia punya dari mulai, rumah, kendaraan, kebun, sawah dan lahan. Saat ini ia tinggal di rumah orangtua bersama sang suami.
Bukan hanya itu, suami Teh Rosy juga sedang berjuang sembuh dari penyakitnya diabetes. Saat ini mereka hanya punya 1 dari keempat anaknya yang sudah meninggal dunia karena penyakit kanker darah yang sama. Kini satu-satunya anak yang mereka punya, mereka sekolahkan ke pesantren terdekat rumah.
Ditengah-tengah ujian yang melanda keluarganya, ternyata ia juga sudah menanam banyak kebaikan sejak belasan tahun lalu, ia menjadi seorang aktivis literasi berawal dari kekhawatiran dirinya melihat anak-anak disekitarnya yang lebih menyukai bermain dipinggir danau sekitar rumahnya dibandingkan belajar, jangankan untuk belajar, untuk membaca saja mereka belum tau. Akhirnya Teh Rosy membantu anak sekitar dengan mendirikan rumah taman baca yang ia rintis sejak tahun 2006.
Seisi rumahnya dipenuhi dengan rak-rak koleksi buku yang ia kumpulkan belasan tahun dengan cara membeli dari uang sendiri dan ada juga hasil pemberian orang-orang terdekatnya. Rumah dan buku-buku ini kemudian menjadi tempat belajar puluhan anak disekitarnya, termasuk anak-anak yatim piatu. Pembelajaran dilakukan secara bergiliran tiap kelas, dari mulai jam 2 siang hingga jam 9 malem. Semuanya ia lakukan atas dasar pengabdian dan kebaikan secara sukarela tanpa memungut biaya sepeserpun.
Ditengah-tengah penyakitnya yang melanda, dan berbagai kesulitan hidup yang ia rasakan, bermanfaat dan menebar kebaikan menjadi obat paling ampuh untuk dirinya dalam menajalani hidup, prinsipnya “Sesulit apapun kondisi kita, harus tetap bermanfaat dan memberi kebahagiaan untuk orang lain”. Bahkan ia sangat niat untuk membuat tools dan konsep pembelajaran untuk menunjang proses beajar anak-anak setempat agar lebih enjoy dalam belajar meski kondisi dia sedang sakit parah.
Namun, setahun terakhir ini, kesibukan yang ia lakukan untuk mengajar sudah nyaris berhenti karena kondisi yang semakin drop. Saat ini iapun memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatan karena keterbatasan biaya yang ia punya, ia memilih berikhtiar dari jalan mengkonsumsi sayuran dan makanan sehat lain yang mampu ia peroleh, kemudian ia bertawakal menyerahkan semuanya kepada Allah Ta’ala.
Imbas dari proses pengobatan yangs selama ini ia jalani dan membutuhkan banyak biaya, akhirnya ia memiliki hutang yang harus ia lunasi, bagaimana tidak, sebelumnya ia harus menyiapkan uang sekitar 12jt setiap bulannya untuk melakukan proses pengobatannya. Akhirnya rumah yang ia tinggali bersama keluarga sekaligus yang menjadi rumah baca ini berencana akan dijual untuk melunasi hutang-hutang sebelumnya.
Ia berhenti berobat, berhenti beraktivitas dan rumahnya akan dijual, otomatis nasib kebaradaan rumah baca ini juga terancam hilang. Saat ini ia dan sang suami bekerja sebagai penjaga warung milik orang lain, namun meski begitu tak lupa ia bersama suami sudah rutin menyisihkan sebagian yang ia punya untuk melakukan kebaikan disetiap hari jum’at berkah.
Sahabat Peduli, Teh Rosy bukan tidak mau melanjutkan pengobatan dan melanjutkan aktivitasnya di rumah taman baca, namun karena keterbatasan biaya yang membuat dirinya mengehentikan aktivitasnya meski tidak secara total, jangankan untuk berobat untuk melunasi hutang-hutang saja masih perlu berjuang. Saat ini ia membutuhkan pengobatan untuk kurang lebih satu tahun kedepan yang setiap bulan memerlukan kurang lebih Rp 12.500.000 hanya untuk obat-obatannya saja dengan total nominal setahun Rp 144.000.000 yang tidak di cover oleh BPJS.
Oleh karena itu, in syaa Allah Hidayah Berbagi Indonesia (HBI) akan mengikhtiarkan bantuan untuk melanjutkan pengobatan dan perjuangan Teh Rosy untuk sembuh dari Penyakit Kanker Darah Leukimia dan bisa menebar kembali kebaikan dengan sepenuhnya.
Salurkan bantuanmu melalui Rekening Donasi An. Hidayah Berbagi Indonesia :
BSI 7206887103
BRI 0104-01-001334-56-7
BCA 1380868403