By : Nadia Khoirunnisa ( Penerima Beasiswa HBI Foundation – 2022 )
Manusia berkarakter adalah manusia yang berperilaku baik dalam segala hal yang berkaitan dengan aktivitas kehidupannya serta selalu menjaga diri dari kesalahan dan terus menerus memperbaiki diri dari waktu ke waktu (Naim, 2012: 60). Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills) (Zubaedi, 2012: 10). Dalam perspektif Islam, pendidikan karakter secara teoritik sebenarnya sudah ada sejak Islam ada di dunia ini, di perkuat dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk memperbaiki serta menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah, dan mu’amalah, tetapi juga dalam aspek akhlak, yakni akhlak al-Karimah.
Pendidikan Karakter sama dengan pendidikan moral yaitu serangkaian prinsip dasar moral yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak usia dini hingga ia menjadi seorang mukallaf, yaitu orang dewasa yang sudah menanggung beban hukum.
Karakter seorang anak tidak akan jauh berbeda dari perilaku orang tua dan lingkungannya. Seseorang yang berada di lingkungan yang baik, cenderung akan berkarakter baik, begitupun sebaliknya. Pembiasaan adalah sebuah cara yang dipakai untuk membiasakan seorang anak dalam melakukan sesuatu secara berulang-ulang untuk membentuk kepribadian baik yang sulit ditinggalkan dan akan terus terbawa sampai mereka dewasa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi contoh atau suri teladan yang baik. Salah satu upaya yang dapat digunakan dalam pembentukan dan pengembangan karakter yaitu dengan menerapkan kebiasaan bersedekah sejak dini.
Banyak riset menunjukkan bahwa sedekah merupakan upaya yang dapat meningkatkan karakter empati dan kepekaan manusia terhadap lingkungannya. Makna sedekah mempunyai cakupan yang luas dari yang paling ringan seperti senyum, ucapan yang baik, salam, dan berbuat baik terhadap sesama dengan saling tolong menolong, merupakan sesuatu yang bernilai sedekah (Irwansyah, 2021: 188-201).
Pembiasaan sedekah yang dilakukan secara terus menerus akan membentuk karakter empati pada anak. Empati merupakan suatu keinginan untuk merasakan sesuatu yang dirasakan orang seandainya dia berada di posisi orang tersebut. Dengan terciptanya karakter empati, anak tersebut akan membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain sehingga timbulnya rasa saling menghargai, mengasihi, menyayangi dan tolong menolong.
Seorang pendidik baik itu guru maupun orang tua harus memberikan pemahaman mengenai bahayanya Hubbud Dunia/cinta dunia dan memberikan keyakinan bahwa sedekah tidak menjadikan orang miskin karena melaksanakan salah satu perintah Allah. Pendidikan karakter melibatkan semua kalangan, yaitu meliputi keluarga, sekolah, lingkungan, masyarakat, bangsa dan Negara. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil sepenuhnya jika tidak memilki kesinambungan dan keharmonisan. Dengan adanya kesinambungan dan keharmonisan semua kalangan tersebut maka pembentukan karakter pada anak akan maksimal dan sesuai harapan kedua orang tua, dan juga masyarakat di lingkungannya (Ridhahani, 2016: 364).
DAFTAR PUSTAKA
Irwansyah, Irwansyah. 2021.“Konsep Sedekah Dalam Perspektif Filsafat Dakwah (Studi Kasus Konsep Sedekah Yusuf Mansur)” dalam Jurnal Manthiq VI, no. II
Naim, Ngainun. 2012. Karakter Building Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ridhahani. 2016. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Berbasis Al-Quran. Banjarmasin: IAIN Antasari PressPress.
Zubaedi, Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.